Kehidupan Rayap
Rayap memiliki habitat yang unik dalam suatu ekosistem. Keberadaan koloni rayap berperan penting dalam siklus biogeochemical (dekomposer bahan organik) seperti siklus nitrogen, karbon, sulfur, oksigen, dan fosfor. Mudahnya rayap beradaptasi dengan lingkungannya mengakibatkan rayap bisa ditemui dihampir semua bentuk ekosistem.
Ada beberapa Faktor yang mempengaruhi hal ini :
Faktor Lingkungan Populasi Rayap
Aktivitas, distribusi, dan pertumbuhan populasi rayap secara umum dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, dan curah hujan. Perubahan terhadap faktor tersebut akan berimbas ke perubahan perilaku rayap. Hal ini akan dibahas secara khusus oleh Jasa Anti Rayap AgriPest di Faktor Lingkungan Populasi Rayap.
Tipe Tanah Tempat Tinggal Rayap
Koloni rayap lebih suka tinggal di tanah yang liat daripada berpasir yang sedikit mengandung bahan organik. Namun, ada jenis rayap seperti Amitermes dan Psammotermes yang mampu hidup di daerah gurun pasir. Di daerah berpasir, rayap mampu meningkatkan infiltrasi air dan mengembalikannya ke bagian atas tanah.
Tanah sangat berperan penting sebagai tempat hidup dan untuk mengisolasi rayap dari perubahan suhu dan kelembaban yang cukup ekstrim. Keberadaan rayap dalam tanah bisa meningkatkan kesuburan tanah karena rayanp mampu mengubah profil tanah, mempengaruhi tekstur tanah, dan mendistribusikan bahan organik.
Tipe Vegetasi Rayap
Aktivitas rayap dapat mengubah keadaan vegetasi melalui modifikasi profil dan sifat kimia tanah. Contohnya, di sekitar sarang rayap Macrotermes banyak mengandung silika sehingga hanya jenis tumbuhan tertentu yang dapat tumbuh di sekitar sarang rayap tersebut. Kejadian ini mirip dengan peristiwa allelopaty. Allelopaty adalah pengeluaran zat kimia tertentu yang mampu menghambat pertumbuhan jenis tanaman lain di sekitar tanaman utama. Contohnya, serasah daun pinus yang mengandung silika ternyata mampu menghambat pertumbuhan tanaman lain di sekitar serasah daun pinus. Tumbuhan lain yang memiliki sifat allelopaty adalah alang-alang (Imperata cylindrica).
Di daerah gurun Afrika Selatan, rayap Hodotermes berperan dalam proses siklus nutrisi tanah. Aktivitas rayap membawa air ke daerah yang ditumbuhi tanaman sangat menguntungkan karena ketersediaan air bagi tanaman menjadi lebih banyak. Koloni Macrotermes yang besar di habitat savana sangat mampu membentuk kondisi permukaan yang berbeda dan akhirnya berpengaruh terhadap vegetasi yang ada. Dengan demikian, keberadaan koloni rayap disuatu habitat mampu mempengaruhi bentuk vegitasi yang tumbuh dan berkembang di sekitar koloni rayap itu.
Rayap memiliki musuh alami dalam kehidupannya. Musuh alami rayap dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu predator, parasit, dan patogen. Dalam siklus hidupnya, ketika laron terbang keluar sarang merupakan saat yang rentan diserang predator dan parasit. Kita dapat mengendalikan rayap secara alami, bila kita mengetahui musuh alami rayap.
Predator yang menyerang laron ketika terbang diantaranya burung pemakan serangga, kelelawar pemakan serangga, dan capung. Selain itu, pemangsa lainnya berupa katak dan ikan. Ketika laron mendarat di permukaan tanah pun tidak lepas dari serangan predator seperti semut, kumbang, kalajengking, dan laba-laba. Semut merupakan predator yang cukup ganas menyerang rayap hingga ke dalam sarang rayap. Predator rayap juga bisa berupa mamalia besar seperti trenggiling, tupai, landak, dan beruang yang mampu membongkar sarang rayap. Jenis predator yang mampu mematikan rayap adalah semut, kumbang, kalajengking, dan laba-laba.
Predator rayap sering melakukan strategi penyamaran kimiawi (chemical camouflage) ketika melakukan penetrasi ke sarang rayap Contohnya serangga predator rayap yang memiliki banyak kelenjar untuk menghasilkan senyawa alkohol alifatik 3 oktanol dan 2 undekanol. Senyawa tersebut mampu menghambat rayap melepaskan senyawa peringatan dininya (alarm feromon) ketika predator memasuki liang kembara di dalam sarang rayap Predator semut mampu menghasilkan suatu senyawa (dari mandibelnya) yang menyebabkan rayap tidak bisa mengenali pemangsanya.
Ada juga beberapa jenis patogen yang mampu mematikan rayap walaupun masih dalam skala laboratorium. Patogen tersebut diantaranya jamur patogenik Entomophora apihidis dan Sporotrichum globuliferum yang mengakibatkan kematian pada rayap Nasutitermes sp. dan Reticulitermes flavipes. Beberapa jamur patogen lainnya adalah Metharizium anisoppliae, Conodiobolus coronatus, dan Beauveria bassiana yang mampu menyerang rayap dan mematikan biakan rayap.
Keberadaan koloni rayap akan memberikan keuntungan terhadap lingkungan. Aktivitas mereka sangat berpengaruh terhadap komposisi mineral (kalsium, silika, besi, magnesium, dan alumunium), bahan organik, nitrogen, infiltrasi air, dan produksi metana. Namun masalah bisa muncul ketika rayap membangun sarangnya di permukaan tanah.